BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di
era persaingan yang luar biasa secara mengglobal saat ini, pendidikan merupakan
cara yang tepat menjadi modal awal suatu bangsa agar mampu bertahan di kancah
internasional. Seseorang untuk mampu mengembangkan potensi yaitu melalui
pembelajaran yang diterima di pendidikan. budaya belajar sudah tentu harus
dikembangkan pula. Masalah belajar adalah masalah yang aktual yang dihadapi
oleh setiap orang. Oleh karena itu banyak ahli-ahli membahas dan menghasilkan
berbagai teori tentang belajar.
Wikipedia menjelaskan teori Gestalt adalah sebuah teori
yang menjelaskan proses persepsi
melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi
yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt
beroposisi terhadap teori strukturalisme.
Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi
bagian-bagian kecil.
Pandangan akan teori pembelajaran
menurut para ahli tertentu akan menentukan bagaimana seharusnya menciptakan
belajar itu sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi terbentuknya belajar. Sehingga, makalah ini membahas tentang salah
satu teori pembelajaran menurut psikologi Gestalt.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut
1.
apa definisi teori psikologi gestalt
2.
siapa tokoh tokoh teori psikologi gestalt
3.
Bagaimana karakteristik teori psikologi
gestalt
4.
Bagaimana aplikasi teori psikologi
gestalt dalam pembelajaran
5.
Bagaimana prinsip prinsip belajar dalam
teori psikologi gestalt
1.3
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai
berikut
1. Untuk
mengetahui definisi teori psikologi gestalt
2. Untuk
mengetahui tokoh tokoh teori psikologi gestalt
3.
Untuk mengetahui karakteristik teori
psikologi gestalt
4.
Untuk mengetahui aplikasi teori
psikologi gestalt dalam pembelajaran
5.
Untuk mengetahui prinsip prinsip belajar
dalam teori psikologi gestalt
1.4
Manfaat
makalah
1.
Bagi dosen bimbingan dan konseling dapat
dijadikan bahan informasi untuk melaksanakan kegiatan layanan bimbingan
terhadap siswa.
2.
Bagi mahasiswamdapat dijadikan
pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Teori Psikologi Gestalt
(Walgito:2010)
mengatakan bahwa teori
gestalt adalah salah satu aliran teori terbesar dalam psikologi, yang mempengaruhi
arah perkembangan teori psikologi sesudahnya. Teori Gestalt lahir di Jerman,
oleh ahli-ahli psikologi yang menyatakan bahwa untuk mengungkap bagaimana
seseorang mempersepsikan sesuatu, harus secara keseluruhan, bukan berdasarkan
bagian-bagiannya. Dilihat dari arah teori, teori gestalt berseberangan dengan
teori psikologi Wundt tentang Stukturalisme, yang mengatakan bahwa jiwa manusia
bisa dianalisis menjadi bagian-bagian yang terkecil.
Wikipedia menjelaskan teori Gestalt adalah sebuah teori
yang menjelaskan proses persepsi
melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi
yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt
beroposisi terhadap teori strukturalisme.
Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi
bagian-bagian kecil.
Dalam blog
(Tanti:2013) mengatakan bahwa Belajar
pada hakikatnya adalah melakukan perubahan struktur kognitif. Selain
pengamatan, kaum gestalt menekankan bahwa belajar pemahaman merupakan bentuk
utama aliran ini. Kondisi pemahaman tergantung pada :
1. Kemampuan
dasar seseorang
2. Pengalaman
masa lampau yang relevan
3. Pengaturan
situasi yang dihadapi
4. Pemahaman
didahului oleh periode mencari atau coba-coba
5. Adanya
pemahaman dalam diri individu menyebabkan pemecahan masalah dapat diulang
dengan mudah.
6. Adanya
pemahaman dalam diri individu dapat dipakai menghadapi situasi lain atau
transfer dalam belajar.
Menurut
teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi
berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar
itu akan menimbulkan makna yang berarti.
2.2
Tokoh
Tokoh Teori Gestalt
Dalam
blog(dinaoctaria:2015) menyebutkan beberapa tokoh teori gestalt sebagai
berikut;
2.2.1. Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua
dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Konsep pentingnya : Phi
phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang
dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian
memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses
interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak
dan sama sekali bukan proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil
kesimpulan ia menentang pendapat Wundt.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian.
Pada tahun 1923, Wertheimer
mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of
Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :
a) Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
b) Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
c) Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
2.2.2. Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18
Maret 1886. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis
dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi,
mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan
psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa
belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teori
Koffka tentang belajar antara lain:
a. Jejak ingatan (memory traces)
b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak
ingatan.
c. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak
ingatan.
2.2.3. Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir
di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler pernah melakukan
penyelidikan terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis dalam buku
bertajuk The Mentality of Apes (1925). Eksperimennya adalah : seekor simpanse
diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar
terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat
untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu
tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara
untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan
kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan
memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Menurut
Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan
terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah
tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat
ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah
keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa
organisme–dalam hal ini simpanse– dalam memperoleh pemecahan masalahnya
diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
2.2.4. Kurt Lewin (1890-1947)
Konsep
utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada
dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis
yang bermakna dan menentukan perilaku individu (B=f L). Tugas utama psikologi
adalah meramalkan perilaku individu berdasarkan semua fakta psikologis yang
eksis dalam lapangan psikologisnya pada waktu tertentu. Life space terbagi atas
bagian-bagian yang memiliki batas-batas. Batas ini dapat dipahami sebagai
sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya. Gerakan individu mencapai
tujuan (goal) disebut locomotion. Dalam lapangan psikologis ini juga terjadi
daya (forces) yang menarik dan mendorong individu mendekati dan menjauhi
tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), maka terjadi
ketegangan (tension). Salah suatu teori Lewin yang bersifat praktis adalah
teori tentang konflik. Akibat adanya vector-vector yang saling bertentangan dan
tarik menarik, maka seseorang dalam suatu lapangan psikologis tertentu dapat
mengalami konflik (pertentangan batin) yang jika tidak segera diselesaikan
dapat mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan.
Berdasarkan kepada vector yang
saling bertentangan itu. Lewin membagi konflik dalam 3 jenis :
a) Konflik mendekat-mendekat
(Approach-Approach Conflict)
b) Konflik menjauh-menjauh
(Avoidance-Avoidance Conflict)
c) Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance
Conflict)
2.3
Karakteristik
Teori Gestalt
Beberapa karakteristik dari teori
gestalt,yaitu :
1.
Mempunyai hukum keterdekatan, hukum ketertutupan
dan hukum kesamaan.(Max Wertheimer)
2.
Proses pembelajaran secara terus menerus dapat
memperkuat jejak ingatan peserta didik.
3.
Adanya pemahaman belajar insight. Insght
adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam situasi permasalahan.
2.4
Aplikasi
Teori Psikologi Gestalt Dalam Pembelajaran
Akhmad Sudrajat(hariyanto:2010)
mengatakan bahwa dalam Proses
pembelajaran dikelas harus diterapkan sesuai dengan Konsep teori Gestalt
tersebut. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1. Pengalaman
tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
2. Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin
jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam
identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang
dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan
proses kehidupannya.
3. Perilaku
bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip
ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan
dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan
hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan
peserta didik.
5. Transfer
dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
2.5
Prinsip
Prinsip Belajar Dalam Teori Gestalt
(Sobur:2013) mengatakan bahwa dalam teori psikologi
gestalt terdapat prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :
1.
Belajar dimulai dari suatu keseluruhan,
kemudian baru menuju bagian-bagian. Dari hal-hal yang sangat kompleks menuju
hal-hal yang lebih sederhana.
2.
Keseluruhan memberi makna pada bagian-bagian.
Bagian-bagian terjadi dalam suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanay bermakna
dalam rangka keseluruhan tersebut.
3.
Belajar adalah penyesuaian diri dengan
lingkungan. Seseorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan
yang dipelajarinya.
4.
Belajar akan berhasil bila tercapai
kematangan untuk memperoleh pengertian. Pengertian adalah kemampuan hubungan
antara berbagaii faktor dalam situasi yang problematis.
5.
Belajar akan berhasil jika ada tujuan
yang berarti bagi individu.
6.
Dalam proses belajar, individu selalu
merupakan organisme yang aktif, bukan bejana yang harus diisi oleh orang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori Gestalt adalah sebuah teori yang
menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang
memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt
beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya
mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
Tokoh Tokoh Teori Gestalt Max
Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang
Kohler, Kurt Lewin
Karakteristik
dari teori gestalt,yaitu Mempunyai hukum keterdekatan, hukum ketertutupan dan
hukum kesamaan, Proses pembelajaran secara terus menerus dapat memperkuat jejak
ingatan peserta didik, Adanya pemahaman belajar insight.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses
pembelajaran antara lain Pengalaman tilikan, Pembelajaran yang bermakna, Perilaku
bertujuan, Prinsip ruang hidup, Transfer dalam Belajar
dalam teori psikologi
gestalt terdapat prinsip-prinsip belajar antara lain Belajar
dimulai dari suatu keseluruhan, kemudian baru menuju bagian-bagian, Keseluruhan
memberi makna pada bagian-bagian, Belajar adalah penyesuaian diri dengan
lingkungan, Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh
pengertian, Belajar akan berhasil jika ada tujuan yang berarti bagi individu,
Dalam proses belajar, individu selalu merupakan organisme yang aktif.
3.2
Saran
Pahamilah psikologi teori gestalt agar bisa agar
pemahamannya bertambah dan bisa mengetahui teori belajar menurut gestalt.
Sehingga, mampu menerapkan nantinya didunia lapangan kerja.
DAFTAR
PUSTAKA
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV PUSTAKA
SETIA
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:
C.V ANDI OFFSET
http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-gestalt/(diunduh-5-03-2016)
https://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/15/teori-belajar-gestalt/(
diunduh-5-03-2016)
http://catatantanti.blogspot.co.id/2012/08/teori-belajar-piaget-bruner-dan-gestalt_5.html
3316/(diunduh-5-03-2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Gestalt/(diunduh-7-03-2016)
Komentar
Posting Komentar