BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
menjalani hidup ini, setiap orang pasti akan mengalami situasi apa pun.
Bahagia, sedih, beruntung, bosan, kecewa, semuanya akan datang silih berganti.
Kondisi apa pun itu, yang perlu dilakukan bukan menghindari atau menyesali tapi
menghadapinya. Setiap persoalan pasti ada solusi. Kita hanya dituntut satu hal,
yaitu berusaha. Berusaha untuk mencapai yang terbaik dan berusaha untuk
menyelesaikan persoalan dengan cara yang baik.
Bad mood
memang tidak bisa dihindari, namun jangan sampai suasana hati ini merusak
aktivitas yang sudah menjadi kewajiban. Karena jika sudah terserang bad mood,
biasanya akan timbul rasa malas yang luar biasa dan pastinya hari-hari akan
dipenuhi dengan kejengkelan dan pikiran-pikiran yang kurang baik.
Jika suasana
hati seperti ini datang menghampiri, segera kendalikan diri dan temukan suasana
hati positif. Yang perlu dilakukan hanyalah mengelola dan memastikan porsi good
mood agar lebih besar dibanding bad mood.
1.2
Rumusan
Penulisan
Studi kasus ini
memuat tentang bagaimana identitas kasus,
gejala-gejala klien pada sebelumnya, konseling yang diberikan kepada klien
sesuai dengan kebutuhannya.
1.3
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari praktek Studi Kasus di sekolah ini adalah:
a)
Untuk mengetahui bagaimana layanan
Bimbingan dan Konseling yangharus diberikan pada siswa baik siswa yang
mengalami masalah ataupun siswa yang tidak bermasalah.
b)
Untuk mengetahui terapi apa yang akan
diberikan kepada siswa yang mengalami masalah ini.
1.4
Manfaat
Penulisan
1. Bagi
Klien
a) Klien
dapat memahami apa yang telah dilakukan oleh klien adalah sesuatu yang salah,
sehingga kedepannya hal demikian tidak akan terulangi kembali.
b) Dapat meringankan beban klien
c) klien
bisa melanjutkan hidupnya lebih baik lagi
1.
Bagi
Mahasiswa
a) Agar
dapat memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, kemampuan, nilai-nilai dan sikap yang diperlukan untuk
membantu proses pemberian bantuan di bidang bimbingan dan konseling.
b) Agar
dapat mempraktekkan kemampuan yang telah dipelajari sehingga menjadi seorang
pendidik yang profesional
1.5 Metodologi
Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya adalah:
a.
Observasi
Observasi
(pengamatan), yaitu cara untuk mengamati suatu keadaan atau suatu keadaan
(tingkah laku).
b.
Wawancara
Wawancara merupakan teknik
untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan narasumber.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1
Pengertian
mood disorder
hati
(mood disorder) disebut juga gangguan afektif. Pengertian mood atau suasana
hati mengacu pada emosi yang berlaman lama mencakup peranana murung maupun
kegembiraan. Disebut gangguan mood karena terjadi ketidaknormalan dalam suasana
hati yaitu berupa kemurungan hebat (depresi) atau kegairahan atau kegembiraan
yang abnormal.
2.2
Jenis-Jenis
Mood Disorder
DSM IV membedakan gangguan suasana hati ada dua,
yaitu unipolar (satu kutub) dan bipolar (dua kutub).
a)
Gangguan unipolar
Gangguan unipolar terdiri dari gangguan depresi
utama (Major Depressive Disorder) dan Gangguan Dysthylania. Ciri
yang menonjol dari gangguan Depresi Utama adalah suasana hati yang murung.
Penderita mengalami gejala yang disebut “depressive triad” yaitu mempunyai
pandangan yang buruk tentang diri sendiri. Diri sendiri dipandang tidak
berharga, pengalaman sehari-hari dan interaksi sosial dianggap menyebalkan dan
masa depan dipandang dengan pesimistis. Penderita merasa putus asa, tidak ada
semangat dan apatis.
b)
Gangguan Bipolar
Kondisi
dalam ilustrasi tersebut dapat digolongkan ke dalam bipolar disorder, yaitu
jenis gangguan kejiwaan/ psikologis yang ditandai dengan perubahan mood (alam
perasaan) yang sangat ekstrim. Istilah ini mengacu pada suasana hati yang dapat
berganti secara tiba-tiba dan sangat bertolak belakang seperti dua kutub
(bi-polar) berlawanan, yaitu positif yang berupa rasa bahagia (hipomania/
mania) dan negatif berupa rasa sedih (depresi) yang berlebihan.
2.3
Gejala-gejala
mood disorder
Gejala
Gangguan Mood Depresi meliputi kemurungan,
kesedihan, kelesuan, hilangnya gairah hidup, kurang semangat,
merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus
asa. Gejala penyerta : sulit konsentrasi dan daya ingat menurun, nafsu makan
dan berat badan menurun, ganggua tidur disertai mimpi-mimpi yang tidak
menyenangkan, agitasi /retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan,
hilangnya perasaan senang, meninggalkan hobi, kreatifitas dan produktifitas
menurun, gangguan seksual, pikiran tentang kematian dan bunuh diri.
2.4
Hakikat
Sering Hilangnya Semangat
Menurut saya(mariyati) sering hilangnya semangat dalam
hidup merupakan suatu masalah psikis
yang dialami sesorang dimana ia mulai merasakan titik jenuh dalam
hidupnya,hilangnya semangat yang dialami seseorang merupakan salah satu prilaku
abnormal. Dimana prilaku ini sudah menyimpang dari prilaku normal lainnya yang
berada dalam lingkungan itu sendiri.
2.5
Prosedur
Umum Bimbingan Dan Konseling
Secara umum ,
prosedur bimbingan dan konseling dapat ditempuh melalui langkah langkah
berikut;
1. Identifikasi
kasus
2. Identifikasi
masalah
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Remedial/referal
6. Evaluasi/follow
up
2.6
Proses
Konseling
Secara umum, proses konseling
terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal(tahap mengidentifikasi masalah)
(2) tahap inti (tahap kerja) (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).
1. Tahap
awal
Tahap
ini dimulai sejak konselor menemui klien atau sebaliknya. Dalam tahap ini
beberapa hal yang perlu di lakukan,diantarnya;
a. Membangun
hubungan konseling yang melibatkan klien
b. Memperjelas
dan mengdefinisikan klien
c. Membuat
penafsiran dan penjajagan
d. Menegosiasikan
kontrak konseling
2. Tahap
inti
Dalam
tahap ini beberapa hal yang perlu di lakukan,diantarnya;
a. Mejelajahi
dan mengeksplorasikan masalah klien lebih dalam
b. Menjaga
hubungan konseling tetap terpelihara
c. Usahakan
proses konseling agar berjalan sesuai kontrak
3. Tahap
akhir
Dalam
tahap ini beberapa hal yang perlu di lakukan,diantarnya;
a. Konselor
bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling
b. Menyusun
rencana tindakan
c. Mengevaluasi
proses jalannya konseling
d. Membuat
perjanjian pertemuan berikutnya
2.7
Teknik
Konseling
Teknik dalam konseling ada dua yaitu (1) Teknik umum konseling merupakan teknik
teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapan-tahapan konseling dan
merupan teknik dasar yang harus dikuasi konselor. (2) teknik khusus konseling merupakan
teknik yang digunakan setelah teknik umum yang dikembangkan khusus dari
berbagai pendekatan. Untuk lebih
jelasnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum,
diantaranya;
1.
Prilaku
attending: yaitu prilaku menghampiri klien dengan mencangkup komponen
kontak mata, bahasa tubuh, dan bahsa lisan.
2.
Emapti:
yaitu kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien.
3.
Refleksi:
yaitu teknik untuk memantulkan kembali ke klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman, sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku verbal dan nonverbalnya.
4.
Eksplorasi:
yaitu untuk menggali perasaan , pikiran, dan pengalaman kien.
5.
Menangkap
pesan : yaitu menyatakan kembali esensi dan inti ungkapan
klien dengan klien.
6.
Pertanyaan
terbuka : yaitu memancing klien agar mau mengungkapkan
persaan, pengalaman, dan pemikirannya.
7.
Pertanyaan
tertutup yaitu: pertanyaan yang hanya dijawab oleh klien
dengan kata ya atau tidak atau dengan kata singkat.
8.
Dorongan
minimal : yaitu memberikan dorongan langsung yang singkat
terhadap apa yang dikemukakan klien. Misalnya ya..oh...terus dan dan..
9.
Interprestasi
:yaitu
untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk kepada
teori-teori.
10. Mengarahkan :yaitu
mengajak dan mengarahkan klien untuk melakuna sesuatu.
11. Menyimpulakn sementara :
yaitu menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin
jelas.
12. Memimpin:
yaitu untuk mengarahkan pembicaraan dan proses konseling.
13. Fokus :yaitu
membantu klien memusatkan parhatian pada pokok pembicaraan.
14. Konfrontasi :
yaitu menantang klien untuk melihat adanya hubungan antara perkataan dengan
perbuatan.
15. Menjernihkan :yaitu
untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang dan agak
meragukan.
16. Memudahkan:
yaitu membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara untuk menyatakan
pemikiran, perasaan, dan pengalaman.
17. Diam:
yaitu diam dilakukan dengan cara attending
,dalam ini untuk menunggu perkataam klien selanjutna, diam paling lama
selama 5-10 detik.
18. Mengambil inisiatif:
yaitu dilakukan manakala klien kurng bersemangat untuk berbicara.
19. Memberi nasihat :
yaitu nasihat sebaikannya diberikan jika klien meminta.
20. Pemberian informasi ;yaitu
sama halnya dengan nasihat.
21. Merencanakan :yaitu
diberikan menjelang akhir proses konseling untuk membantu klien membuat rencana
tindakan untuk memajukan klien
22.
Menyimpulakan
:
yaitu menyimpulkan hasil pembicaraan.
Sedangkan
teknik khusus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut;
1.
Latihan
asertif :yaitu
membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya
adalah benar atau layak.
2.
Desensitosasi
sistematis : yaitu bantuk berbentuk behavioral yang
memfokuskan untuk menenangkan klien dari ketegangan.
3.
Pengkondisian
aversi :yaitu untuk meningkatkan kepekaan klien agar
mengamati respon pada stimulus.
4.
Pembentukan
prilaku model: yaitu membentuk prilaku yang baru klien
dalam proses konseling dan konselor berperan sebagai model.
5.
Permainan
dialog: yaitu mendialogkan kecenderungan yang saling
bertentangan.
6.
Latihan
saya bertanggung jawab: yaitu membantu klien agar mengakui
dan menerima perasaan-perasaannya.
7.
Bermain
proyeksi: yaitu mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan
cara memantulakan kepada orang lain.
8.
Teknik
pembalikan :yaitu membantu klien untuk memainkan
peran yang berkebalikan denga perasaan yang dikeluhkan.
9.
Bertahan
dengan perasaam: yaitu konselor mendorong klien untuk
tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya
10.
Home
work assigment :yaitu tugas rumah yang diberikan kepada
konseli untuk melatih, membiasakan diri, dan meninternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan.
11.
Adaptive
: yaitu
untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus menerus
menyesuaikan dirinya dengan prilaku yang di inginkan.
12.
Bermain
peran : yaitu mengekspresiakn berbagai jenis perasaan
negatif yang menekan melalui suasana
yang dikondisikan.
13.
Imitasi:
yaitu
untuk menirukan secara terus menerus suatu model prilaku tertentu dengan maksud
mengahadapi dan menghilangkan perliku sendiri yang negatif.
BAB III
ISI
3.1
Individu
Dalam praktek ini yang bersedia menjadi inividu adalah salah
seorang siswa kelas XI IPS 1 di SMA Daarul aitam. Berhubungan pelaksanaan
praktek ini bertepatan dengan libur semester,maka proses praktek dilakukan
tanpa campur tangan dari pihak sekolah, melainkan langsung secara pribadi
meminta ketersediannya untuk diwawancari. Siswa yang dimaksud gambaran
selanjutnya tentang konseli adalah sebagai berikut:
A.
Identitas konseli.
1. Nama : “
SR “
2. Tempat / Tgl Lahir : Palembang, 05 – 11- 1998
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. anak ke- :
2 dari 4 bersaudara
5. Agama : Islam
6. Bangsa/ Suku : Indonesia/ Melayu
7. Pendidikan : Sma ( Masih Dalam
Penyelesaian )
8. Pekerjaan : Siswa
9. Status Perkawinan : Belum Kawin
10. Alamat : Jl. Ahmad yani lrg. Dua
saudara ,13 ulu palemabang
11. Cita – Cita :
Dokter
12. Hobby :
Membaca
3.2
Gejala
sebelumnya
Setelah melakukan perkenalan terhadap
konseli (narasumber) yang bersedia di wawancarai. Selanjutnya menjelaskan
tujuan dilakukan wawancarai ini. Dan mengajukan pertanyaan gejala-gejala yang
dirasakan klien ketika berada pada titik jenuh yaitu merasa hilang rasa
semangat dalam hidupnya. Maka, berikut jawaban dari klien;
1)
Klien merasa malas ke sekolah
2)
Klien merasa malas mengerjakan tugas sekolah maupun
rumah
3)
Klien tidak suka diganggu oleh temannya
4)
Klien merasa tidak peduli dengan urusan di sekolah
maupun rumah
5)
Klien Selalu merasa sedih
6)
Klien Merasa putus asa
7)
Klien Selalu merasa cemas dan tidak bisa konsentrasi
8)
Klien merasa Suasana hati yang buruk atau sedih secara
berkelanjutan
9)
Klien merasa Mudah marah atau sensitif
10)
Klien Mudah menangis
11)
Klien Perasaan khawatir yang berlebihan
12)
Klien Merasa sangat rendah diri
13)
Klien merasa dunia ini tidak adil
14)
Klien merasa Kesulitan dalam mengambil keputusan
15)
Klien merasa Gerakan tubuh, ucapan dan pemikiran yang
lambat
16)
Klien merasa Tidak
ada motivasi hidup dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di lingkungan
17)
Bahkan klien Berkeinginan untuk bunuh diri
3.3
Proses
konseling
A.
wawacara
Proses konseling yang kami
lakukan terdapat tiga tahap yaitu tahap
awal, tahap inti dan tahap akhir.
1. Tahap
awal
Pada tahap ini selaku calon konselor atau konselor
nantinya mencari konseli yang bersedia diwawancarai mengenai kasus yang sedang diteliti
yaitu mood disorder mengenai sering patahnya semangat dalam hidup. Akhirnya
bertemu lah dengan klien yang berinisial “SR”. Lebih jelasnya sebagai berikut
ini;
a. Idenitifikasi
kasus
Identifikasus kasus merupakan upaya untuk menemukan konseli.
Berhubungan karena tema atau topik yang akan dibahas dalam studi kasus ini
sudah ditentukan, maka langkah pertama yaitu mencari konseli bagi yang bersedia
dan sesuai dengan tema yang saya teliti. Pada identifikasi kasus ini telah menemukan
konseli yang bersedia diwawancarai sebagai narasumber dengan biodata seperti
keterangan 2.1. tindakan-tindakan yang perlu dilakukan terhadap konseli pada
tahap awal sebagai berikut;
I.
Berkenalan,di lanjutakan dengan
menjelaskan tujuan praktek.
II. Berusaha
dan meyakinkan bahwa proses wawancara ini hanya untuk keperluan kulian dan
tidak akan disebarkan.
III. Menciptakan
suasana yang baik dan penuh keakraban.
IV. Menjelaskan
idetintas masalah masalah yang akan saya ajukan dalam pertanyaan.
V. Menegosiasikan
kontrak/perjanjian guna keperluan praktek ini,meliputi kontrak/perjanjian
mengenai waktu pertemuan selanjutnya, kontrak/perjanjian adanya kerjasama dalam
proses konseling.
b. Identifikasi
masalah
Identifikasi masalah merupakan
upaya untuk memahami jenis,karakteristik masalah yang akan dibahas oleh konseli
dan konselor. Pada identifikasi masalah ini mecoba menjelaskan beberapa hal,
sebagai berikut;
I.
Menjelaskan apa itu bimbingan dan
konseling
II. Menjelaskan
tujuan praktek,yaitu memenuhi tugas dari salah satu mata kuliah semester tiga
dengan mata kulia psikologi abnormal dan klinis.
III. Menjelaskan
apa itu sering hilangnya semangat dalam hidup
IV. Menanyakan
ketersedian untuk diwawanacari secara berkelanjutan
2. Tahap
Inti
Setelah
tahap awal dilaksanakan sedang baik,proses wawancara selanjutnya yaitu memasuki
tahap inti. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan,
diantaranta;
a. Diagnonis
Diagnosis
yaitu upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melaktarbelakangi
timbulnya masalah yang di alami konseli. Pada diognosis ini Berikut jawaban
yang didapatkan dari konseli;
1. Keadaan
lingkungan rumah yang kurang kondusif
2. Tugas/pekerjaan
ruman sekolah yang tidak bisa terselasaikan
3. Teman
yang tidak mengerti
4. Teman
yang tidak bisa menghargai
5. Merasa
tidak memiliki bakat
6. Sakit
7. Hasil
akademik kurang memuaskan
8. Keadaan
uang jajan
9. Dll.
b. Prognosis
Prognosis
yaitu upaya memperkirakan apakah masalah yang dialami konseli masih mungkin
bisa diselesaikan. Pada prognosis ini masalah yang di hadapi konseli masih bisa
diselesaikan,jika konseli bersedia.
3. Tahap
akhir
Pada tahap
akhir ada beberapa hal yang dilakukan,yaitu;
a. Konselor
bersama konseli membuat kesimpulan mengenai masalah yang dibahas
b. Menyusun
rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan antara konseli dan
konseling.
c. Mengevaluasi
jalan, proses dan hasil pertemuan.
d. Membuat
pertemuan berikutnya.
B.
Bantuan
Setelah melakukan prognosa, maka langkah
selanjutnya adalah langkah memberi bantuan, dimana bertujuan untuk membantu
konseli dapat memahami dirinya sendiri dan dapat mengubah pola pikir yang irasional menjadi rasional .
bantuan
ini diberikan pada pertemuan ketiga. dalam langkah ini konseli diberikan
bantuan sebagai berikut :
1.
Membangun
suasana yang nyaman dirumah
2. Motivator,
yang mendorong konseli melawan rasa pesmis
yang ada dalam dirinya. Sehingga klien tidak menjadi
individu yang hidup selalu dalam rasa
berfikir positif yang dapat membuat konseli hidupnya nyaman.
3. Penyalur
tanggung jawab, sehingga keputusan terakhir berada di tangan konseli konseli
sadar bertanggung jawab dalam menerima
keadaan konseli.
4.
Memperkenala sosok
model yang memiliki bakat, dan menjelaskan bahwa setiap orang memiliki bakat
5.
Membantu klien
menemukan bakatnya
Selain bantuan konseli juga diberikan layanan bimbingan dan
konseling yang diharapkan bisa membantu konseling. Layanan yang diberikan
sebagai berikut;
1. Layanan
informasi
Layanan informasi ini sangat penting
diberikan kepada konseli, sehigga konseli bisa lebih memahami dan bisa berupaya
mencegah nya. Informasi yang diberian sebagi berikut;
a. Informasi
mengenai bimbingan dan konseling
b. Informasi
mengenai rugi nya jika kita tidak berfikir positif
c. Informasi
mengenai bakat dan minat
d. Informasi
mengenai cara menemukan bakat
e. Informasi
mengenai makna sakit dalam islam
f. Informasi
mengenai cara berhungungan sosial dengan baik
g. Dll.
2. Layanan
bimbingan
Dapat
mengembangkan sikap berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman disekolah dan
lingkungan disekitarnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari studi kasus ini
yaitu konseli “SR”, bahwa konseli ini sering mengalami “sering hilangnya rasa
semangat hidup” yang sering di sebab oleh Keadaan lingkungan rumah yang kurang
kondusif, Tugas/pekerjaan ruman sekolah yang tidak bisa terselasaikan, Teman
yang tidak mengerti, Teman yang tidak bisa menghargai, Merasa tidak memiliki
bakat, Sakit, Hasil akademik kurang memuaskan, Keadaan uang jajan, Dll.
Dalam hal ini konselor mencoba
memberikan beberapa bantuan dan layanan misalnya seperti; Informasi mengenai
bimbingan dan konseling, Informasi mengenai rugi nya jika kita tidak berfikir
positif, Informasi mengenai bakat dan minat, Informasi mengenai cara menemukan
bakat, Informasi mengenai makna sakit
dalam islam, Informasi mengenai cara berhungungan sosial dengan baik, Dll.
4.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
penulis mengemukakan berapa saran yaitu sebagai berikut:
a. Diharapkan
keluarga “SR” lebih dapat memberikan perhatian yang lebih kepada peserta
didik “SR”.
b. Diharapkan
dari lingkungan untuk membantu suasan kondusif untuk “SR”
DAFTAR
PUSTAKA
Juntika Nurihsan, A. (2005). Strategi
Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama
https://hamdanjuwaeni.wordpress.com/2010/05/24/gangguan-suasana-hati-mood/
/di unduh 21-10-2015/11:04
http://www.ekahospital.com/mengenal-bipolar-disorder/
di unduh 16-12-2015/16:14
Komentar
Posting Komentar